Ahmaddahri.my.id - Ada pesan menarik dalam al-Quran bahwa "Yauma thubla as-saraair" (Qs.86:9). Akan ada masa ketika tersibaknya segala realitas. Hari di mana kata-kata hanya sebatas bayangan realitas semata. Persis seperti yang pernah ditulis Rumi, bahwa kata-kata hanya sebatas kain kafan yang siapapun bisa bersembunyi di baliknya, dan akan tercengang setelah kain kafan itu disingkap.
Bunga itu cantik, warnanya berupa-rupa, aromanya juga. Cantik itu lahir karena ada kecenderungan mata yang dipancing oleh rasa simpati. Andai simpati itu tidak muncul, agaknya sebagus dan seindah apapun citra yang muncul akan biasa-biasa saja. Rumi menyebut ini semua dengan citra mental. Kesemuan yang "dianggap" realita itu sendiri. Apus-apus.
Sederhananya, apa yang tampak baik itu belum tentu baik, begitu juga kelamisan dan keindahan. Karena untuk sampai pada baik, bagus dan indah yang sebenarnya butuh kesadaran. Mental yang tertata, adil pikirannya dan jernih hatinya. Berat kan? tapi memang demikian polanya.
![]() |
Sumber Gambar; Pixabay/lucasgeorgewendt |
Ijeh menungso, artinya pola pengkultusan itu senantiasa harus dikontrol dan disadari. Masih manusia kok, masih punya potensi salah dan lupa. Jadi tidak semestinya kita terpancing oleh buaian indah kalimat, janji bahkan moral yang ditampakkan. Potensi kepura-puraannya besar.
Berjalan alami saja, kalau suka ya suka saja, tanpa ini dan itu. Kalau takjub ya takjub saja, tapi tidak terlewat memuji dan memberi porsi terlalu besar dalam hati. Karena dikhawatirkan, setelah benar-benar kenal dan tahu, nanti kecele. Wong, yang tampak ini tidak semuanya benar-benar kesejatian, ia kadang cipratan-cipratan saja. Kalaupun sejati, itu perlu ada tiga hal tadi untuk menangkapnya; kejernihan hati, mental yang tertata dan pikiran yang adil.
Semua ada masanya, kala mangsanya jelas. Hampir semua ruang adalah simulacra dan simulacrum. Gampang membuai dan terbuai. Buktinya ada semangat dan kendornya, apalagi kalau ujug-ujug semangatnya besar, dapat diprediksi bahwa dua sampai tiga waktu ke depan akan kendor, untuk memulai kembali kadang perlu perjuangan. Jadi santai-santai saja, apalagi menyikapi berbagai citra yang hari ini benar-benar bertebaran.
Hampir semua golongan, dari yang paling bawah sampai yang berpeci, berdasi bahkan bermahkota. Dalam semua ruang sosial, baik dalam bidang keagamaan, pendidikan dan pekerjaan. Hampir semua adalah citra yang lamis akhirnya. Kalau tersibak citranya baru kecewa, baru merasa terintimidasi, baru merasa tertipu, dan dirugikan.
Tapi saya yakin, kita sebagai manusia, apalagi yang hidup di Indonesia ini, punya jiwa yang besar, kalaupun kecewa paling ya dua tiga minggu, setelah itu ya ketemu lagi, gandeng tangan lagi, kerja sama lagi, berbagi proyek lagi, bahkan besanan. Walaupun citra dan lamisnya kata-kata senantiasa bertebaran di setiap masa.
Ahhhhh dleming.[]
Komentar
Posting Komentar