Buku, Jendela dan Daun Kelor



Buku adalah jendela dunia,  membaca membuka cakrawala,  membaca adalah pesan ilahiyah yang disampaikan melalui wahyu pertama Tuhan kepada Nabi Muhammad.

Ungkapan-ungkapan tersebut kerap berkelindan bersamaan dengan motivasi dan pencerahan dalam seminar-seminar atau pembelajaran.  Di ruang publik pun kita temui dan menjadi bagian dari kegelisahan literasi.  

Ruang baca,  mau dimaknai apa adanya atau kontekstual monggo.  Yang jelas,  ruang baca kita sangatlah luas.  Membaca teks,  situasional,  emosi,  kondisi dan keadaan verbal adalah bagian umum dari ruang baca. 

Dalam konteks informatif di samping mendengar dan melihat,  membaca menjadi satu kondisi keharusan.  Agar informasi yang diterima utuh adanya. 

Konteks literasi kita saat ini sangatlah beragam. Bentuknya,  penyajiannya dan penerimaannya pun akan berbeda seiring berkembangnya waktu. 

Argumentasi kritis kerap terlontar menyaksikan perjalanan literasi kita.  Dari yang gemar membaca sampai tuntas,  menuju pembacaan sekilas,  dari yang menonton vidio berjam-jam sampai hanya yang sekian detik saja,  adalah rangkaian perjalanan literasi kita.  

Mau mengatakan anti hoax nyatanya budaya baca kita demikian.  Kalau ada yang mudah mengapa mencari kerumitan.  Kira-kira demikian ungkapan yang kerap muncul.  

Lantas bagaimana menjangkau keutuhan,  kedalaman berpikir,  kedewasaan bersikap dan wais kepada kondisi sosial?  Kalau aspek kesabaran dalam membaca dan menggali informasi kian minim.  

Takutnya,  katak dalam tempurung itu kian besar suara.  Tong kosong nyaring bunyinya bisa menjadi representasi kondisi literasi saat ini.  Memang tidak semua,  tapi realitas menunjukkan kebanyakan dari fenomena literasi itu justru hanya sebagai hiasan dinding dan rak-rak usang. 

Informasi yang diterima justru yang nihil konteks.  Sama sekali menghiarukan aspek tahapan prosesnya.  Memang yang instan itu lebih praktis,  perkara kesehatan ya dipikir sambil ngopi,  atau pikir keri saja.  

Dari sini kita tentu tahu bahwa membaca kembali adalah langkah yang tepat untuk membangun kesadaran,  membangun sumberdaya manusia dalam geliat kehidupan.  

Posting Komentar

0 Komentar